Hidup ini untuk ibadah. Makna ibadah begitu cukup luas, sehingga tak mungkin untuk dikonkritkan. Banyak cara dalam melakukan ibadah, tergantung kesiapan dan kemampuan seseorang. Namun yang pasti untuk melakukannya adalah sebuah kepastian yang tidak bisa ditawar sebagai makhluk-Nya yang beradab. Pada umumnya manusia memilih satu cara, satu jalan dalam merealisasikan ibadah di kehidupannya. Jalan itu berupa ajaran yang selama ini biasa dikenal dengan sebutan agama.
Agama sebagai sebuah pilihan formal menjadikan bentuk-bentuk ibadah itu berpeta-peta. Hal itu untuk memudahkan manusia dalam menjalankan kewajibannya untuk menyembah Tuhannya. Manusia sebagai makhluk yang berperadaban tumbuh berkembang sejalan dengan nalurinya sebagai identitas kesempurnaan ciptaa-Nya. Dengan kejernihan pikirannya muncullah berbagai macam bentuk ajaran formal yang menjadikan dunia berwarni-warni. Berwarni-warni dengan keaneka ragamannya serta interpretasi yang berbeda mengenai Tuhan sebagai sesembahan. Sehingga dengan perbedaan inilah kemudian pada prakteknya juga bermacam-macam.
Untuk sementara saat setiap individu memilih satu pilihan saja dari sekian bentuk warna-warna tawaran formal peribadatan tadi. Karena memang tidak mungkin memilih semua warna-warni tersebut, walau pada hakikatnya semua pilihan tersebut mempunyai dua potensi yang sama yaitu, berpotensi benar pada satu sisi dan di sisi yang lain berpotensi salah. Dengan dua potensi yang dimiliki oleh masing-masing warna, sebagai manusia yang berpendirian maka konsekwensi memilih satu saja adalah pilihan logis dan sangat manusiawi.
Sebagai konsekwensi logis maka pilihan yang menjadi tambatan hati seorang individu harus benar-benar diyakini dan berangkat dari hati. Konkritnya seorang pemilih dengan pilihannya harus sinkron dan teguh menjalankan pola kerja yang diterapkan dalam pilihannya. Hal ini juga harus bisa dilakukan oleh kita sebagai seorang Muslim yang memilih Islam sebagai sebuah jalan hidup kita untuk beribadah kepada Tuhan kita Allah SWT. Artinya Islam sebagai sebuah pilihan harus diyakini kebenarannya dengan tunduk mengikiuti aturan main yang ada di dalamnya.
Akhir-akhir ini kembali mencuat semacam ajakan untuk mengakui kebenaran seluruh warna agama. Ajakan ini walau terkesan cukup ilmiah secara garis pandang mereka, tapi sejatinya mempunyai banyak borok yang tidak sejalan dengan dimensi kemanusiaan. Entahlah apa sebenarnya dibalik gerakan ini, sementara ini aku belum mengerti....!!!
Agama sebagai sebuah pilihan formal menjadikan bentuk-bentuk ibadah itu berpeta-peta. Hal itu untuk memudahkan manusia dalam menjalankan kewajibannya untuk menyembah Tuhannya. Manusia sebagai makhluk yang berperadaban tumbuh berkembang sejalan dengan nalurinya sebagai identitas kesempurnaan ciptaa-Nya. Dengan kejernihan pikirannya muncullah berbagai macam bentuk ajaran formal yang menjadikan dunia berwarni-warni. Berwarni-warni dengan keaneka ragamannya serta interpretasi yang berbeda mengenai Tuhan sebagai sesembahan. Sehingga dengan perbedaan inilah kemudian pada prakteknya juga bermacam-macam.
Untuk sementara saat setiap individu memilih satu pilihan saja dari sekian bentuk warna-warna tawaran formal peribadatan tadi. Karena memang tidak mungkin memilih semua warna-warni tersebut, walau pada hakikatnya semua pilihan tersebut mempunyai dua potensi yang sama yaitu, berpotensi benar pada satu sisi dan di sisi yang lain berpotensi salah. Dengan dua potensi yang dimiliki oleh masing-masing warna, sebagai manusia yang berpendirian maka konsekwensi memilih satu saja adalah pilihan logis dan sangat manusiawi.
Sebagai konsekwensi logis maka pilihan yang menjadi tambatan hati seorang individu harus benar-benar diyakini dan berangkat dari hati. Konkritnya seorang pemilih dengan pilihannya harus sinkron dan teguh menjalankan pola kerja yang diterapkan dalam pilihannya. Hal ini juga harus bisa dilakukan oleh kita sebagai seorang Muslim yang memilih Islam sebagai sebuah jalan hidup kita untuk beribadah kepada Tuhan kita Allah SWT. Artinya Islam sebagai sebuah pilihan harus diyakini kebenarannya dengan tunduk mengikiuti aturan main yang ada di dalamnya.
Akhir-akhir ini kembali mencuat semacam ajakan untuk mengakui kebenaran seluruh warna agama. Ajakan ini walau terkesan cukup ilmiah secara garis pandang mereka, tapi sejatinya mempunyai banyak borok yang tidak sejalan dengan dimensi kemanusiaan. Entahlah apa sebenarnya dibalik gerakan ini, sementara ini aku belum mengerti....!!!