TSI dan Nasi Bungkus Reuni
Selepas tunaikan Shubuh di awal pagi Selasa 10 Pebruari 2009 di Kastil damai Workshop aku bersama-sama teman-temanmulai menikmati siraman mentari pagi bersama butiran-butiran putih embun pagi tutupi rerumputan hijau di hamparanlapangan nostalgia tempat aku melepas penat untuk bermain si kulit bundar. Tampak beberapa santri dengan tawa sumringahnyahiasi pemandangan di pagi itu yang semakin membuat aku teringat pada tahun-tahun pertama aku menginjakkan kakiku di bumiJauhari di tahun 1998 yang silam.
Walau masih dalam suasana santai aku terus menggulirkan langkahku untuk menapaki beberapa acara di pagi itu untuksegera diselesaikan.Acara pertama seperti yang telah diagendakan bersama teman-teman yaitu ziarah ke kubur Al-MarhumKH. Moh. Tidjani.Dalam ziarahku banyak perasaan yang meletup-letup mengenang perjuangan beliau yang gigih dalammengembanamanah sebagai seorang pendidik yang merdeka dari segala jeratan bualan duniawi. Kepribadian beliau yangsantun dan beriwibawa tidak menjadikan beliau lupa akan tugasnya sebagai pelanjut dari perjuangan K. Djauhari, walausebenarnya banyak rayuan kedudukan yang mengiurkan secara finasial.Beliau lebih memilih hidup bersama-sama santrinyahingga akhir hayantnya. Sungguh merupakan figur seorang kiyai yang keberadaanya di saat sekarang sulit untuk mendapatisepertinya.
Tidak hanya rasa kagumku saja yang kian meletup memercikkan genangan air mata, tapi juga rasa terima kasih yang takterhingga untuk beliau guru yang tanpa pamrih telah mengasuh dan telah menjadikan aku dewasa. Rasanya aku sebagai anak didiknya masih belum bisa memeberikan apa-apa untuk beliau, sehinggga semakin membuat aku merasa punya hutang. Banyak titipan beliau yang belum sepenuhnya dapat aku laksanakan dengan maksimal. Terlalu cepat beliau meninggaklkan aku yang masih buta, kini aku harus meraba apa yang dapat aku raba dari peninggalan-peninggalan beliau sekaligus berusaha mewujudkan mimpi-mimpi beliau untuk melahirkan santri-santrinya yang mutafaqqih fiddin. Akhirnya aku kirimkan do'a untuk beliau agar Allah menempatkan beliau bersama hamba-hambanya yang sholeh di surga Firdaus-Nya yang penuh dengan nikmat. Amien.....
Aku bangun dari simpuhku sambil aku usap sisa-sisa butiran-butiran air mata. Do'a dan mengenang aku akhiri walau sebenarnya ingin rasanya kembali mencium tangan beliau. Aku berlalu dari lokasi makam menlanjutkan agenda selanjutnya untuk mengurus ijazah ke IDIA. IDIA tempat aku kuliah masih berdiri tegak dengan cat putih sucinya. Dengan cepat aku menyelesaikan proses pengambilan ijazah karena memang temanku yang menjadi penanggung jawab ijzah tersebut sehingga aku tak harus berlama-lama di kampus putih tersebut. Akhirnya penungguan untuk mendapatkan ijazah S1 berakhir dengan keberadaan ijazah yang kini benar-benar telah berada di genggamanku. Ada perasaan bangga yang meliputi hati dan perasaanku, aku menilai adalah hal yang wajar yang bisa terjadi pada siapa saja ketika mendapatkan kepuasan. Kini segala jerih payahku dapat aku lihat dengan 2 lembar kertas putih yang berada di tanganku. Al-Hamdulillah aku melanntunkan syukur untuk Allah Tuhan sekalian alam
Matahari mulai merangkak naik menghinggapi waktu Dzhuhur, sesegera mungkin aku tunaikan sholat Dzuhur. Tepat jam 13.00 aku bersam-sama teman meuju Sahe Cafe tempat kucurkan keluh kesah sambil menikmati kopi racikan Pak Sahe. Selang beberapa menit kembali personil Averose merapat mendekati pondok untuk hanya sekadar temu kangen saja. Kali ini yang datang si Sulaiman anak Bangkalan dengan mobil Kijang Kristanya. Ternyata Sulaiman tidak hanya datang sendir, tapi dia datang 2 orang anggota roses lainnya si Kholil Lora dan si Iin Imut. Keadaan semakin tambah ramai ja dan tentunya semakin menggelikan. Satu persatu menuangakan kangennya dengan ekspresi yang berfariasi, mulai dari hanya jabat tangan sampai pada cubit pipi, ih geli deh he...he......!!! Itulah gambaran keakraban yang tersulam di siang itu.
Tidak cukup sampai disistu, ternyata sulaman keakraban ini berlanjut hingga bibir kolam TSI (Kolam renang di daerah Sumenep). Disitu ditumpahkan segala ekspresi kangen lewat adu renang, lompat indah sampai pada pamer bodi indah he...he.... Aku yang belum sempat bisa berenang terpaksa harus ikut walau hanya pakai gaya batu. Awalnya aku menampik untuk terjun ke air biru kolam TSI tersebut tapi tingkah usil teman-teman membuatku harus menceburkan diri juga walau hanya berbalut CD karena memang aku tidak membawa peralatan renang. Tak ayal dua teman cewek si Iin Imut dan satu lagi yang belum sempat aku ingat namanya langsung menutup mata menghindar dari pemandangan yang menggelikan. Beberapa kali aku sempat mendapat sorakan dari teman-teman, tapi akhirnya lama-lama keadaan dapat terkontrol hingga pada suatu saat sempat si Iin Imut mendekatiku di kolam dengan jarak yang cukup dekat serta dengan keadaan diriku yang hanya berbalut CD yang membuatku berdesir (sensor deh......)he...he.. gak kok cuma adu renang. kakakakkk.....
Tanpa terasa sudah 2 jaman aku berendam di kolam TSI kini tersisi rasa capek, segera aku menyudahi renang gaya batuku itu.Teman-teman juga memutuskan untuk menydahinya juga kemudian akhirnya kami menuju TB (Taman Bunga) untuk mengisi perut yang mualai kembali menyanyikan lagu khas bertema lapar. Nasi bungkus cukup memebuat aku dan teman-teman kembali bergairah. Sementara di tengah-tengah makan gemuruh canda tawa tetap terdengar menjadikan makan di saat itu begitu nikmat. Aku yang tergolong mempunyai perut agak meng-karet terpaksa harus menongkrongi nasi bagian teman-teman. Tanpa disengaja kembali aku berkesempatan untuk makan bersama Iin Imut karena dia satu-satunya yang mau di-duain nasi bungkusnya. Awalnya agak risih sih tapi lama-kelamaan menjadi enak dan mungkin jadi terkenang kali he...he....
itulah rangkaian acara di hari Reuni kecilan-kecilan yang dihadir oleh teman-teman Roses diantaranya ada Jamal Mu'asyiq, Also, Dhofir, Hermanto. Kholil, Imam Swandi, Nur hasan Jun Humaidi, Muhaimin, Nur Alim, Saiful Bhari, Dedi Setiawan, JOni, Kholil Lora,Sulaiman, Muhsin Ma'ruf, Iin Imut, Luluk dan aku sendiri. Acara inii adalah acara temu kangen perdana pasca aku keluar dari pondok di bulan September 2008 yang lalu. Untuk semua teman-teman Roses U R all Always my best friends. I LOVE U all....!!!!
*) Cerita ini untuk didedikasikan untuk Teman dan Sahabat kita Jun Humaidi sekitar seminggu setelah melepas kangen bersama teman-teman Roses mengalami kecelkaan yang menjadikan dia kehilangan tangan kanannya. Semoga Allah memeberikan ketabahan untuk menanggung beban berat itu. Amien....
0 komentar:
Posting Komentar