Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Halaman

Kamis, 03 Juli 2008

JIMAT DALAM BURUANKU

Aku baru saja menyelesaikan tugas terkahirku di perguruan tinggi tempat aku belajar selama ini. Walaupun tidak seratus persen tugas itu (penyusunan sekripsi) bisa dipastikan selesai, tapi paling tidak untuk saat ini aku bisa menikmati masa senggangku dengan santai sambil menunggu uluran tanda ACC dari dosen pembimbingku. Selama aku menyusun skrpsi tersebut banyak hal yang semakin menjadikan aku lebih dewasa. Satu hal yang sering didengung-dengungkan oleh dosen pembimbingku adalah, masalah waktu. Baginya waktu adalah peluang yang harus dihadapi dengan serius, tanpa keseriusan waktu tersebut akan terbuang sia-sia. Aku hanya mengiakan saja, karena aku cukup paham dengan maksud dari komentar beliau.

Empat hari aku berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan skripsi tersebut, tiada waktu yang terlewati begitu saja. Hidupku terasa padat, otakku sesak dengan target yang harus aku gapai. Dalam jangka empat hari itu aku harus bisa menyelesaikan penyususnan skripsi tersebut. Sejak pada tanggal 24 Juni 2008 sampai dengan 28 Juni aku terus diburu dengan target, dan akhirnya Tuhan-pun mengiringi keinginanku sehingga pada tanggal itulah aku mengumpulkan naskah tersebut ke pembimbingku. Terima kasih Tuhan…….!!

Sebenarnya skripsi tersebut telah lama aku garap, dari pengajuan proposal, observasi serta wawancara dengan responden sampai pada pencarian bahan-bahan teoritis yang aku perlukan memakan waktu relative lama yaitu, sekitar 3 bulanan. Jangka waktu yang begitu luas memberiku banyak pengetahuan, terutama tentang fokus penelitianku yang berkenaan dengan fenomena penggunaan jimat di kalangan pedagang. Bagiku feneomena tersebut cukup unik, selain memang mengandung dimensi mistik tapi juga sebuah budaya yang berkembang pesat di tengah-tengah kemajuan tekhnologi. Banyak orang yang mengesampingkan hal ini, sehingga keunikannya belum bisa terkuak ke permukaan dan dianggapnya sebagai sebuah fenomena yang tidak layak diperhatikan.

Boleh saja orang lain mengatakan seperti itu, tapi bagiku fenomena tersebut cukup menyentuh perasaanku untuk mengeksplorasi lebih dalam apa sebenarnya dibalik fenomena tersebut. Terkesan sedikit primitive sehingga tak jarang beberapa teman dan kolega dekatku menyambarku dengan senyuman dan gelak tawa yang mengekspresikan kegeliannya terhadap apa yang aku lakukan. Sekilas aku merasakan juga kegelian tersebut, namun setelah aku mendekati fenomena tersebut dengan beberapa pijakan teoritis, dalam hal ini aku melihatnya dari sudut pandang Antropologi, nampak beberapa keunikan yang menjadikan aku lebih percaya diri kalau apa yang aku lakukan cukup bernilai.

Akhirnya di akhir penelitianku aku menemukan sesuatu yang cukup untuk dijadikan sebuah penemuan, walaupun tidak sepektakuler temuan-temuan para professor dan orang hebat lainnya, tapi aku merasa sangat puas dengan kerja kerasku. Aku menemukan dalam fenomena penggunaan jimat yang berkembang di tengah-tegah masyarakat, khususnya di Madura tidak hanya bernilai budaya tapi sudah menjadi sebuah kepercayaan. Temuan lapangan hasil bidikan observasiku dan wawancaraku tersebut, kemudian aku dialogkan pada konsep Antropologi yang akhirnya menghasilkan kesimpulan besar yaitu, fenomena jimat adalah bentuk agama baru yang belum diakui oleh para pemeluknya. Lebih konkritnya bisa anda kaji sendiri pada kajian Antropologi pada bagian Agama dan Manusia. Kini hasil buruanku telah ditangan, sekarang tinggal menunggu kapan aku harus mempertahankan buruanku di depan para dosen penguji nanti. Do’akan okey………….

0 komentar: