Bercerita tentang cinta bagaikan berlayar di samudera tak bertepi. Saat ini, masa lalu ataupun yang akan datang cinta tak akan habis dibicarakan. Setiap manusia selalu hidup seiring dengan cintanya. Kemudian dunia inipun juga bergerak dinamis beriring cinta. Tak heran jika kemudian cinta itu adalah hal yang suci dan tak pernah terdefinisikan dengan tepat. Begitu sangat sacral makna cinta hingga akal tak mampu mebahasakan dalam realitas kemanusiaan. Namun walau begitu cinta terus akan dikejar oleh berjuta-juta manusia di jagad ini.
Aku salah satu diantara sekian manusia yang terlibat dalam kuluman cinta. Rasanya sangat beragam, ada yang menyisakan kesedihan, keletihan, kesenangan ataupun nestapa dan kegembiraan. Semua rasa tersebut tak menjadikan manusia pupus untuk bercinta. Tua, muda, kaya, miskin semua dalam frame cinta yang mengagumkan. Terasa begitu renyah untuk dinikmati sehingga tidak satupun manusia yang lepas dari jeratan cinta. Bukan Cuma wacana, tapi fakta yang menjulurkan data hingga tak bisa dielakkan lagi agresi cinta menyerang setiap kalbu.
Menjelajahi fenomena universal yang satu ini sangat menarik bagi setiap insan, khususnya kaum muda. Dari zaman kalasik hingga sekarang kaum muda selalau identik berdekatan dengan dunia cinta. Kehidupan mereka yang masih pada pencarian identitasnya melibatkan perasaan yang kemudian juga tidak sedikit yang mampir di rayuan cinta. Keberadaan cinta bagi mereka layaknya lebel yang harus disandang sebelum akhirnya mereka menjadi manusia yang bermasyarakat. Entahlah hal ini apa memang menjadi jalur bagi setiap manusia, atau hanya aku dan beberapa orang saja. Tapi sejauh pengalaman mengajariku, hal ini adalah gejala universal yang dirasakan anak muda sekaligus menandakan tingkat kenormalan seseorang.
Hati kecilku kadang merasakan kalau cinta yang menggelora itu hanya sekadar ekpresi darah muda saja dan belum cinta yang sesungguhnya. Tapi banyak fakta riil yang menjadikan aku bingung memaknai cinta sejati dengan yang bukan. Kadang cinta itu mengajakku untuk serius tapi juga kadang hanya sekadar bualan belaka. Dalam hal ini aku tidak membahas cinta yang berlebel cinta ala sufi loh, tapi cinta biologis dan pastinya cinta untuk lawan jenis saja.
Hampir 99 % cinta berawal dari pergaulan sehari-hari. Hirarki konkretnya berawal dari perkenalan. Di dunia yang sudah modern seperti saat ini banyak media yang mengantarkan sesorang saling kenal. Hand phone, email, chat room, radio atau beberapa media komonikasi modern lainnya. Dengan hanya diam di kamar seseorang saat ini bisa menjalin komunikasi dengan jutaan manusia seantero jagad ini. Dari sini kemudian obrolan dimulai sehingga kemudian saling mengenal kemudian pada ending point-nya menyisakan kesan. Kesan ini diolah menjadi khayal tinggi sehingga melahirkan keinginan-keinginan fantastic yang spektakuler dan mengundang perasaan terdalam dari seorang manusia.
Deskriptif di atas cukup untuk mengangkat sebuah gejala riil yang aku lihat dan aku rasakan di lingkunganku. Hampir setiap waktu dan tempat aku melihat orang-orang sedang berkomonikasi dengan nada-nada romantis. Kadang kala mengundang birahi, tapi kadang juga masih ada yang sok jaim atau malu-malu untuk membual, tapi ujung-ujungnya tetap berupa tarnmisi cinta. Senyum dan tawa seperti sedang menikmati kepuasan, terlihat dari wajah-wajah mereka. Sebuah kepuasan telah mereka dapatkan dari apa yang dianamakan cinta.
Pemandangan di atas bisa aku nikmati di pertengahan malam atau di awal hari sekitar jam 5 sampai jam 7 pagi. Waktu-waktu tersebut media pengantar yang berupa HP menjadi pilihan utama dalam mengumbar rayuan gombalnya pada sang lawan cinta. Karena disamping suasananya yang cukup mendukung untuk beromantis ria juga sangat didukung oleh tarif pulsa yang dijajakan operator dengan cost yang sangat murah. Begitu cukup ramai, jika anda berkesempatan silahkan mampir ke tempatku Workshop Corporation anda akan disuguhi pemandangan di atas.
Sebenarnya apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang syah-syah saja, dan cukup wajar. Namun kiranya sikap-sikap akibat jeratan cinta di atas perlu kendali dan keseimbangan, sehingga semua sisi dan sub kehidupan yang ada bisa semua berjalan dinamis. Artinya cinta tetap halal tapi jangan lupa ada sisi lain dari kehidupan ini yang juga perlu diisi. Perlu diingat hidup ini punya tiga elemen dasar yang berupa intlektual, emosional dan spiritual. Ketiganya harus diisi seimbang agar kehidupan ini tetap harmonis dan normal. Jadi bercintalah kamu sepuasmu tapi jangan lupa untuk berprestasi.
Aku salah satu diantara sekian manusia yang terlibat dalam kuluman cinta. Rasanya sangat beragam, ada yang menyisakan kesedihan, keletihan, kesenangan ataupun nestapa dan kegembiraan. Semua rasa tersebut tak menjadikan manusia pupus untuk bercinta. Tua, muda, kaya, miskin semua dalam frame cinta yang mengagumkan. Terasa begitu renyah untuk dinikmati sehingga tidak satupun manusia yang lepas dari jeratan cinta. Bukan Cuma wacana, tapi fakta yang menjulurkan data hingga tak bisa dielakkan lagi agresi cinta menyerang setiap kalbu.
Menjelajahi fenomena universal yang satu ini sangat menarik bagi setiap insan, khususnya kaum muda. Dari zaman kalasik hingga sekarang kaum muda selalau identik berdekatan dengan dunia cinta. Kehidupan mereka yang masih pada pencarian identitasnya melibatkan perasaan yang kemudian juga tidak sedikit yang mampir di rayuan cinta. Keberadaan cinta bagi mereka layaknya lebel yang harus disandang sebelum akhirnya mereka menjadi manusia yang bermasyarakat. Entahlah hal ini apa memang menjadi jalur bagi setiap manusia, atau hanya aku dan beberapa orang saja. Tapi sejauh pengalaman mengajariku, hal ini adalah gejala universal yang dirasakan anak muda sekaligus menandakan tingkat kenormalan seseorang.
Hati kecilku kadang merasakan kalau cinta yang menggelora itu hanya sekadar ekpresi darah muda saja dan belum cinta yang sesungguhnya. Tapi banyak fakta riil yang menjadikan aku bingung memaknai cinta sejati dengan yang bukan. Kadang cinta itu mengajakku untuk serius tapi juga kadang hanya sekadar bualan belaka. Dalam hal ini aku tidak membahas cinta yang berlebel cinta ala sufi loh, tapi cinta biologis dan pastinya cinta untuk lawan jenis saja.
Hampir 99 % cinta berawal dari pergaulan sehari-hari. Hirarki konkretnya berawal dari perkenalan. Di dunia yang sudah modern seperti saat ini banyak media yang mengantarkan sesorang saling kenal. Hand phone, email, chat room, radio atau beberapa media komonikasi modern lainnya. Dengan hanya diam di kamar seseorang saat ini bisa menjalin komunikasi dengan jutaan manusia seantero jagad ini. Dari sini kemudian obrolan dimulai sehingga kemudian saling mengenal kemudian pada ending point-nya menyisakan kesan. Kesan ini diolah menjadi khayal tinggi sehingga melahirkan keinginan-keinginan fantastic yang spektakuler dan mengundang perasaan terdalam dari seorang manusia.
Deskriptif di atas cukup untuk mengangkat sebuah gejala riil yang aku lihat dan aku rasakan di lingkunganku. Hampir setiap waktu dan tempat aku melihat orang-orang sedang berkomonikasi dengan nada-nada romantis. Kadang kala mengundang birahi, tapi kadang juga masih ada yang sok jaim atau malu-malu untuk membual, tapi ujung-ujungnya tetap berupa tarnmisi cinta. Senyum dan tawa seperti sedang menikmati kepuasan, terlihat dari wajah-wajah mereka. Sebuah kepuasan telah mereka dapatkan dari apa yang dianamakan cinta.
Pemandangan di atas bisa aku nikmati di pertengahan malam atau di awal hari sekitar jam 5 sampai jam 7 pagi. Waktu-waktu tersebut media pengantar yang berupa HP menjadi pilihan utama dalam mengumbar rayuan gombalnya pada sang lawan cinta. Karena disamping suasananya yang cukup mendukung untuk beromantis ria juga sangat didukung oleh tarif pulsa yang dijajakan operator dengan cost yang sangat murah. Begitu cukup ramai, jika anda berkesempatan silahkan mampir ke tempatku Workshop Corporation anda akan disuguhi pemandangan di atas.
Sebenarnya apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang syah-syah saja, dan cukup wajar. Namun kiranya sikap-sikap akibat jeratan cinta di atas perlu kendali dan keseimbangan, sehingga semua sisi dan sub kehidupan yang ada bisa semua berjalan dinamis. Artinya cinta tetap halal tapi jangan lupa ada sisi lain dari kehidupan ini yang juga perlu diisi. Perlu diingat hidup ini punya tiga elemen dasar yang berupa intlektual, emosional dan spiritual. Ketiganya harus diisi seimbang agar kehidupan ini tetap harmonis dan normal. Jadi bercintalah kamu sepuasmu tapi jangan lupa untuk berprestasi.
0 komentar:
Posting Komentar