Enam puluh tiga tahun yang silam bangsa ini mulai bangkit menapaki lorong kemerdekaan yang dibangun oleh para pemudanya. Waktu itu suara Bung Karno mewakili seluruh rakyat negeri ini menyuarakan tekat kemerdekaan. Tepatnya Tanggal 17 Agustus 1945 itulah seluruh rakyat
Penuh hidmat aku mengikuti upacara HUT kemerdekaan negeri ini di depan Puspagatra (Pusat Gagasan dan Kreativitas Santri TMI Putra) mulai awal hingga akhir acara.
Entah sebuah kekurangan atau merupakan tabiat dari bangsa ini, dalam usia kemerdekaanya yang lebih dari separuh abad, masih tersisa berbagai persoalan terkait pada bentuk penjajahan. Sudah
Derita bangsa ini terus berlanjut memunculkan banyak gesekan di tengah-tengah rakyatnya. Pada tahun 1998 muncul gerakan Reformasi yang memunculkan percaturan babak baru dari perjalanan Negeri ini. Sejenak rakyat cukup gembira dengan beberapa perubahan yang mengarah pada perbaikan. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena persoalan lama mencuat kembali dengan tipologi yang berbeda. Negeri ini kembali digegerkan dengan beberapa kasus pengerukan kekayaan Negara oleh para pemimpinnya. Laju kemerdekaan yang menjanjikan rakyat aman sentosa menjadi isapan jempol belaka, bahkan yang tersuguhkan adalah luka dan luka.
Luka borok terus berlanjut. Berbagai macam kesusahan silih berganti. Penderitaan yang satu hilang, datang penderitaan yang lain, begitu terus keadaan bangsa ini yang semakin tidak karuan. Rakyat diajak berkelana dalam penderitaan dan luka. Berbagai macam sisi mencekik ketenangan rakyat. Kegelisahan menjadi menu utama tiap hari. Keadaan ekonomi mencekik rakyat dengan melonjaknya harga BBM yang berimbas pada naiknya barang-barang lainnya. Rakyatpun semakin teler tak mampu hidup layak sehingga lahirlah berbagai macam bentuk krisis lainnya yang lebih berbahaya.
Jika hal itu terus berlanjut, maka pada suatu saat rakyatpun akan semakin gerah. Sehingga pada kegerahan yang sangat gerah akan memunculkan sikap anarkis yang berakibat pada pelecehan terhadap pemerintahan Negeri ini. Artinya segala bentuk keputusan yang diambil oleh para pemimpin Negeri ini tidak akan diindahkan lagi oleh rakyat. Wibawa pemerintahan akan diinjak-injak oleh rakyat yang gerah. Mereka akan menuntut kemerdekaan. Kemerekaan yang sebenar-benarnya yang memberikan kebebasan serta kedamaian bagi rakyatnya. Kalau seandainya ini yang terjadi kemungkinan besar nanti anak cucuku atau anak cucuk Anda tidak akan lagi memperingati HUT kemerdekaan tanggal 17 Agustus, tapi akan beralih pada tanggal yang lain dimana mereka memuntahkan kegerahannya karena ulah para pemimpinnya yang rakus.
Walau hal di atas hanya sebuah prediksi kosong tapi kenyataan tetaplah tanda tanya yang menyuguhkan kemungkinan. Bukti sejarah yang berkaiatan dengan kegerahan tersebut sangat banyak, dan yang paling berkaitan dengan persoalan bangsa ini telihat dari berbagai aksi gerakan kemerdekaan yang akhir-kahir ini muncul di tengah-tengah kita. Dari yang paling barat
0 komentar:
Posting Komentar